Sosok
produk lelaki terbaik , yang masih ku percayai hingga detik ini. Tak
ada yang lain (selain Rasulullah, lelaki idaman sepanjang jaman). Meskipun aku
tau, bahwa mungkin di masanya nanti aku akan menemukan lelaki lain sebagai
bapak dari anak-anakku. Namun yang pertama, tetaplah tak tergantikan.
Bagiku
beliau adalah seorang psikolog keluarga, meski pendidikan yang ia tempuh tak
pernah duduk dalam bangku sarjana jurusan psikologi. Bagiku beliau adalah
seorang tentara, yang selalu bangun paling pagi di antara kami dan tidur paling
akhir diantara kami. Meskipun aku tau secara fisik beliau takkan mungkin
diterima jadi seorang prajurit di negara ini. Bagiku dia seorang motivator
ulung, meski tak harus botak seperti Mario Teguh. Bagiku beliau adalah seorang
yang humoris, meski jauh jika dibandingkan dengan Tukul Arwana. Bagiku beliau
adalah seorang sastrawan, yang begitu romantis dan baiknya memperlakukan anak
dan istrinya, meski beliau takkan pantas ditandingkan dengan Kahlil Gibran.
Beliau
adalah seseorang lelaki yang selalu setia menanti aku, anak perempuannya yang
sering pulang malam lantaran aktivitas kampus yang begitu padat. Dalam diamnya,
beliau mengajarkan kemandirian. Dalam senyumnya, beliau mengajarkan arti
kekuatan.
Dalam
peluhnya, beliau mengajarkan arti kesabaran. Dalam sakitnya, beliau mengajarkan
arti penuhnya perjuangan.
Hal
yang paling teristimewa kurindukan bersamanya adalah duduk di sandingnya, lalu
kami akan bercengkrama bersama. ada banyak hal kecil yang sering aku tanyakan
“ Pak,
aku perempuan. Tapi, kenapa kau beri namaku begini?” tanyaku polos saat itu
“
Kau tau, itu adalah nama dari pemberian kakekmu. Seperti yang kau tau, bahwa
saudara ibu perempuan semua bukan? Dan kau lahir sebagai seorang perempuan”
jelasnya,
“Lalu,
apakah kakek kecewa dengan kehadiraku?” tanyaku dengan penuh penekanan
“Bukan
kecewa, beliau hanya ingin kau menjadi perempuan yang berbeda dari yang
sebelumnya. Kuat dan setegar laki-laki” begitu jawabnya bijak
Aku
tertegun.
Ah
berat sekali rupanya namaku itu. Bagaimanapun aku adalah seorang perempuan,
yang katanya sesosok makhluk yang selalu mengedepankan perasaan ketimbang
logika. Beda dengan laki-laki. Namun aku tersadar, bahwa tiap nama mengandung
energi dan harapan. Bukan saatnya kita mengeluh dalam menghadapi masa depan,
tapi cukup jalani dan takhlukan. Kalimat yang selalu ku ingat sampai sekarang.
Ada
hal lain yang begitu aku sukai dari beliau. Positive thinking. Suatu ketika
saat belajar untuk mengendarai sepeda motor, aku begitu kesal dengan motor depan
yang lupa tidak menyalakan lampu rightingnya saat berbelok di ujung jalan. Dan
apa yang beliau katakan?
“ Sabar saja, siapa tau bapak tadi anaknya masuk rumah
sakit sehingga membuat ia lupa menyalakan lampu, atau siapa tau lampunya mati
dan beliau tergesa-gesa untuk menggantinya ke bengkel”
Sepanjang
itukah beliau berfikir??, jauh sekali dari apa yang aku pikirkan.
Pernah
suatu ketika dalam sebuah perjalanan, mobil di depan kami mundur hingga
mengenai badan mobil kami bagian depan. Yang punya mobil turun dan marah-marah,
memaki-maki pada bapak sopir mobil kami. Dan bapak turun dengan senyum khasnya
lalu minta maaf kepada pemilik mobil itu, setelah bers beliau langsung masuk mobil
kembali.
Aku
bingung.
“Kenapa mesti bapak yang minta maaf? Bukankah mobil depan yang salah”,
pikirku dalam hati
Tiba-
tiba beliau berkata, seolah mengerti dari ekspresi wajahku yang begitu sewot
“
Adakalanya kita perlu mengalah, bukan untuk menang. Tapi lebih jauh dari itu,
untuk memperbaiki keadaan. Boleh jadi, masalah akan semakin runyam jika kita
tidak bertindak demikian”
Ah,
sepertinya beliau tetap menjadi lelaki idamanku sampai jaman sekarang.
Namun,
bagaimanapun baiknya bapak. Beliau tetaplah manusia yang memiliki lupa dan
amarah.
Meski
sangat jarang, jika beliau marah semua akan diam, tidak ibu, aku, juga adikku.
Beliau mungkin orang yang slow, tapi
beliau tetaplah seorang lelaki yang berwibawa di hadapan kami. Ini adalah hal
yang paling aku takutkan. Jika suaranya cukup tinggi dengan nada penuh tekanan,
itu artinya beliau marah, menegur, menegaskan bahwa ada kondisi yang tidak
sesuai dengan pemikiran dengan beliau.
Darinya
aku mempelajari banyak hal, terutama laki-laki.
Tapi
jangan pernah tanyakan, seperti apa laki-laki masa depanku nanti. Bukan
privasi, namun aku memang tak tahu. Sebab bayangan harapan mungkin selalu ada
di setiap benak makhluknya, tapi perihal yang dibutuhkan hanya Allah yang tahu
bukan??