Minggu, 01 November 2015

SEPASANG ES KRIM DAN PUTRI KECIL


Hari ini aku melihat sepasang es krim di tangan orang yang berbeda. Mereka memegangnya, menikmatinya penuh dengan canda tawa. Ya, seorang ayah bersama putri kecilnya. Rasanya bahagia memandang mereka meskipun dari kejauhan. Pasti anak itu merasa sangat senang bukan? Menghabiskan waktu bersama meski hanya menikmati sepotong es krim.

Putri kecil itu pasti sangat beruntung, di jaman sekarang ini banyak putri lain yang kehilangan waktu bersama Ayahnya. Ayahnya, pasti mengetahui bagaimana menyenangkan hati putri kecilnya.
Oh, betapa bersyukurnya putri kecil itu.


Dan kita masih bisa bahagia mesti tak mejadi putri kecil itu bukan?




Sabtu, 24 Oktober 2015

Rencana itu ada, tapi Allah yang menentukan



Hari ini, aku mendapatkan pelajaran berharga tentang arti kata rencana. Seringkali Aku atau mungkin kita sebagai manusia akan selalu memiliki rencana. Rencana yang idealnya mesti terwujud menurut kita, manusia. Rencana tentang yang akan datang, yang sudah kita tata dengan rapi. Allah juga tidak melarang kita untuk berencana. Sebab rencana merupakan garis besar untuk menjalani suatu yang akan datang bukan?
Seringkali rencana ini gagal.

Kami selalu gagal untuk dapat berkumpul bersama, entah itu karena ego kita akibat kesibukan kita masing-masing, pulang kampung, sakit, atau alasan- alasan yang lain. Dan aku, merupakan seseorang yang dari dulu berencana menyatukan kalian. Iya kalian, teman-teman yang sudah terlanjur masuk dalam sejara hidupku. Teman-teman yang seharusnya seiring, senasib dan seperjuangan. Selalu ada rencana dalam prokerku tuk meghadirkan kalian lengkap di sana. Tak jarang aku sering merasa bersedih kawan, seringkali aku menanyakan kapan kita berkumpul bersama sepanjang kepengurusan ini? Padahal kita telah berada dalam ikatan yang sama. Tapi, mungkin frekuensi yang berbeda, tak menyatukan gelombang di antara kita. Dan mungkin, karena Allah belum berkehendak.

Allah belum mengijinkan kita bersama waktu itu. Dan kini, tepatnya hari ini. Kita justru dapat berkumpul, bercengkrama menghangatkan suasana di antara kita. Dan itu terjadi karena rencanaNya. Sesuatu yang tak pernah kira sebelumnya.
Oh..
Betapa rencanaMu selalu lebih indah dibanding rencana makhlukMu.
Betapa aku sebagai manusia yang sangat malu.
****
“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”
Ya Rabb, terimakasih untuk rahman dan rahimMu hari ini

Alhamdulillah

BAPAK



Sosok produk lelaki terbaik , yang masih ku percayai hingga detik ini. Tak ada yang lain (selain Rasulullah, lelaki idaman sepanjang jaman). Meskipun aku tau, bahwa mungkin di masanya nanti aku akan menemukan lelaki lain sebagai bapak dari anak-anakku. Namun yang pertama, tetaplah tak tergantikan.

Bagiku beliau adalah seorang psikolog keluarga, meski pendidikan yang ia tempuh tak pernah duduk dalam bangku sarjana jurusan psikologi. Bagiku beliau adalah seorang tentara, yang selalu bangun paling pagi di antara kami dan tidur paling akhir diantara kami. Meskipun aku tau secara fisik beliau takkan mungkin diterima jadi seorang prajurit di negara ini. Bagiku dia seorang motivator ulung, meski tak harus botak seperti Mario Teguh. Bagiku beliau adalah seorang yang humoris, meski jauh jika dibandingkan dengan Tukul Arwana. Bagiku beliau adalah seorang sastrawan, yang begitu romantis dan baiknya memperlakukan anak dan istrinya, meski beliau takkan pantas ditandingkan dengan Kahlil Gibran.

Beliau adalah seseorang lelaki yang selalu setia menanti aku, anak perempuannya yang sering pulang malam lantaran aktivitas kampus yang begitu padat. Dalam diamnya, beliau mengajarkan kemandirian. Dalam senyumnya, beliau mengajarkan arti kekuatan.
Dalam peluhnya, beliau mengajarkan arti kesabaran. Dalam sakitnya, beliau mengajarkan arti penuhnya perjuangan.

Hal yang paling teristimewa kurindukan bersamanya adalah duduk di sandingnya, lalu kami akan bercengkrama bersama. ada banyak hal kecil yang sering aku tanyakan
“ Pak, aku perempuan. Tapi, kenapa kau beri namaku begini?” tanyaku polos saat itu
“ Kau tau, itu adalah nama dari pemberian kakekmu. Seperti yang kau tau, bahwa saudara ibu perempuan semua bukan? Dan kau lahir sebagai seorang perempuan” jelasnya,
“Lalu, apakah kakek kecewa dengan kehadiraku?” tanyaku dengan penuh penekanan
“Bukan kecewa, beliau hanya ingin kau menjadi perempuan yang berbeda dari yang sebelumnya. Kuat dan setegar laki-laki” begitu jawabnya bijak

Aku tertegun.
Ah berat sekali rupanya namaku itu. Bagaimanapun aku adalah seorang perempuan, yang katanya sesosok makhluk yang selalu mengedepankan perasaan ketimbang logika. Beda dengan laki-laki. Namun aku tersadar, bahwa tiap nama mengandung energi dan harapan. Bukan saatnya kita mengeluh dalam menghadapi masa depan, tapi cukup jalani dan takhlukan. Kalimat yang selalu ku ingat sampai sekarang.

Ada hal lain yang begitu aku sukai dari beliau. Positive thinking. Suatu ketika saat belajar untuk mengendarai sepeda motor, aku begitu kesal dengan motor depan yang lupa tidak menyalakan lampu rightingnya saat berbelok di ujung jalan. Dan apa yang beliau katakan?

 “ Sabar saja, siapa tau bapak tadi anaknya masuk rumah sakit sehingga membuat ia lupa menyalakan lampu, atau siapa tau lampunya mati dan beliau tergesa-gesa untuk menggantinya ke bengkel”

Sepanjang itukah beliau berfikir??, jauh sekali dari apa yang aku pikirkan.

Pernah suatu ketika dalam sebuah perjalanan, mobil di depan kami mundur hingga mengenai badan mobil kami bagian depan. Yang punya mobil turun dan marah-marah, memaki-maki pada bapak sopir mobil kami. Dan bapak turun dengan senyum khasnya lalu minta maaf kepada pemilik mobil itu, setelah bers beliau langsung masuk mobil kembali.
Aku bingung. 

“Kenapa mesti bapak yang minta maaf? Bukankah mobil depan yang salah”, pikirku dalam hati
Tiba- tiba beliau berkata, seolah mengerti dari ekspresi wajahku yang begitu sewot
“ Adakalanya kita perlu mengalah, bukan untuk menang. Tapi lebih jauh dari itu, untuk memperbaiki keadaan. Boleh jadi, masalah akan semakin runyam jika kita tidak bertindak demikian”

Ah, sepertinya beliau tetap menjadi lelaki idamanku sampai jaman sekarang.
Namun, bagaimanapun baiknya bapak. Beliau tetaplah manusia yang memiliki lupa dan amarah.
Meski sangat jarang, jika beliau marah semua akan diam, tidak ibu, aku, juga adikku. Beliau mungkin orang yang slow, tapi beliau tetaplah seorang lelaki yang berwibawa di hadapan kami. Ini adalah hal yang paling aku takutkan. Jika suaranya cukup tinggi dengan nada penuh tekanan, itu artinya beliau marah, menegur, menegaskan bahwa ada kondisi yang tidak sesuai dengan pemikiran dengan beliau.

Darinya aku mempelajari banyak hal, terutama laki-laki.
Tapi jangan pernah tanyakan, seperti apa laki-laki masa depanku nanti. Bukan privasi, namun aku memang tak tahu. Sebab bayangan harapan mungkin selalu ada di setiap benak makhluknya, tapi perihal yang dibutuhkan hanya Allah yang tahu bukan??



NIAT DAN KEBAIKAN

Tulisan : Kebaikan Tak Selalu Menemukan Jalan
Kebaikan itu tidak selalu menemukan jalannya, kabar baiknya bahkan kebaikan ketika masih menjadi niat sudah mendapatkan pahala.Tidak setiap niat baik kita akan menemukan jalan untuk mewujudkan, bukan? Kadang terbentur oleh keadaan, oleh situasi, oleh penolakan orang lain, atau entah oleh apapun yang tidak kita sangka.

Niat baik pada akhirnya akan tetap menjadi sebuah catatan yang nantinya terhimpun. Bila niat baik kita belum menemukan jalan untuk mewujudkannya, jangan pernah berhenti berbuat baik meski masih menjadi niat. 

Mengutarakan niat baik memang tidak mudah, kadang salah dipahami oleh orang lain, kadang pula orang lain terlanjur melihat ketidakbaikan kita sehingga sebaik apapun niat kita tidak akan pernah terlihat baik di mata orang lain. Berbuat baik memang ujiannya tidak sederhana, tujuannya tentu untuk menguji sejauh mana kita sanggup mempertahankan niat baik kita, sekuat apa niat baik yang kita miliki.



Hari ini kita belajar untuk menjaga niat. Sepanjang niat itu terjaga, maka catatan tidak akan berhenti di tulis. Selamat menjaga niat baik :)

Rumah, 6 Oktober 2015 | ©kurniawangunadi
http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/130615875122/tulisan-kebaikan-tak-selalu-menemukan-jalan

Malam ini aku menyempatkan membaca tulisan-tulisan beliau. Aku jadi ingat tentang apa yang dikatakan oleh murabbiku terkait dengan amanah. Bahwa sadar atau tidak disadari, semua amanah adalah berat. Ada peribahasa yang mengatakan, bahwa amanah tak kan salah memilih pundak bukan?
Nah, keistiqomahan niat pemegang amanah inilah yang akan dipertanggungjawabkan nantinya bukan?

Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang dipimpinnya, yang diputuskannya. Dan aku, kita, merupakan pemimpin bagi diri kita masing-masing. Jangan sampai karena begitu semangatnya kita, semua amanah kita pegang. Jangan-jangan niat kita sudah tak baik karena mementingan eksistensi diri didalamnya. Pada akhirnya, menyebankan kefuturan hati, akibat kelelahan menjalaninya. Lelah akibat perasaan kita, lelah karena merasa jerih payah kita tak dihargai oleh mereka, yang manusia.

Ya Rabbi, sadarkan hati ini. Bahwa memang amanah ini tak untuk dinilai oleh mereka. Sesuatu yang hanya Engkau yang berhak menilainya.

"Berbuat baik memang ujiannya tidak sederhana, tujuannya tentu untuk menguji sejauh mana kita sanggup mempertahankan niat baik kita, sekuat apa niat baik yang kita miliki"

Semoga hati ini senantiasa diluruskan niatnya.
Aamiin

Rabu, 21 Oktober 2015

LINGKAR UKHUWAH


Dalam lingkar itu, kita saling bertegur sapa
Dalam ukhuwah itu, kita mencoba memahami berbagai makna
Dalam lingkar ukhuwah itu, akhirnya kita menyadari bahwa bersama tak mesti sama
Akan ada banyak perbedaan yang kita selami di dalamnya
Bahkan seringkali kita harus memperpanjang dan memperpendek irama diantara kita
Tuk mengerti makna lingkar ukhuwah ini
Sungguh, banyak lingkar di luar sana yang begitu memikat
Namun, aku tau bahwa aku tak ingin menjadikan ini sebagai pilihan
Aku ingin lingkar ini menjadi tujuan
Meski terkadang hati ini mengeluh bosan
Allah, mengatur hati ini tak bosan berada di dalamnya
Sedalam apapun menyelami lingakaran lain di luar sana
Dia mengatur hati ini,
Lingkar ini selalu di rindukan
“Tak peduli selelah apapun di dalamnya, asal lillah semua insyaAllah berkah”
Begitu sering aku mendengarnya  


Selasa, 20 Oktober 2015

MASA DEPAN


“Masa depan seperti apakah yang kamu inginkan?”

Pernahkah dirimu mendapatkan pertanyaan demikian? Aku sering.
Kebanyakan wanita, mempersempit topik ini dengan membahas pernikahan.
Yang sering, tentang obrolan suami masa depan. Agaknya, hidup setelah menikah terasa jauh lebih indah karena akan banyak waktu yang dihabiskan bersamanya. Entahlah, kupikir itu sesuatu yang terlalu rumit untuk diperbincangkan. Atau aku yang terlalu memikirkan?
Ku pikir aku masih terlalu sayang teramat sangat pada dua lelaki terbaikku, bapak dan adik lelakiku. Lalu mampukah aku tuk berbagi rasa?
Ku pikir, ketika aku sering mendapati kamarku yang berantakan, pantaskah aku mendapatkannya?
Ketika menyadari aku belum cukup mampu untuk memasak, pantaskah aku berharap tuk segera bersanding dengannya*?
Ketika aku belum cukup mampu untuk mengerjakan tugas kuliah, hafalan, murojaah Al Quran dengan baik, pantaskah aku menjadi seorang Ibu ?
Ketika aku mendapati diri ini begitu sangat membosankan, mampukah menjaga kesetiaan?
Entahlah, rasanya itu bahasan yang terlalu rumit. Hanya bisa menjadi lebih baik lagi dan lagi.

Ku pikir masa depan itu membangun peradaban. Karenanya butuh banyak hal yang harus dipersiapkan.

Senin, 19 Oktober 2015

DI BALIK DINDING INI

Di balik dinding ini, aku mendengar semilir angin
Di balik dinding ini, aku bisa menyepi. Menyendiri di tengah hiruk pikuk aktivitas kampus yang begitu melelahkan.
Di balik dinding ini aku dapat memandangmu lagi, langit.
Di balik dinding ini, akan ku ceritakan kisahku hari ini padamu langit.
Aku hampir tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada diriku belakangan ini. Terlebih untuk hari ini. Rasanya aku ingin menangis, dan mempertanyakan mengapa aku harus begini? Mungkin ini adalah aku yang sedang lemah, resah dan tak tentu arah. Ya Rabb, aku tak bisa mengerjakan soal UTS hari ini. Dan hatiku, seperti dingin tiada berarti. Mengapa begini? Mengapa seolah aku biasa saja, santai bak seolah tak terjadi apa-apa. Bukankah harusnya aku sedih? Mungkinkah.. hati dan pikiran ini tak lagi meyatu?
Ya Rabb, ijinkan aku memiliki hati yang baru
Yang mampu tuk melihat pancaran cahayaMu
Ya Rabb,
Aku malu atas nikmat yang Engkau berikan padaku
Kau hadirkan orangtua yang begitu berjasa dalam hidupku, teman-teman yang begitu baiknya, lingkungan yang mendukung perjuanganku.
Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Ya Rabb, restuilah aku tuk dapat hati yang baru, yang mampu mendekatkan diri kepadamu.
Yang mampu menjadi terbaik, bagiMu, bagi orangtuaku, dan teman-temanku.
Dan langit,,

Kau menjadi saksi atas hatiku yang sendu sore ini.